Mengintip Ha
Long Bay Surga Wisata Terindah di Vietnam ruang hati | Sep 06, 2011 | Comments
2 Seusai sarapan dan check out di sebuah hotel di kawasan kota tua Hanoi,
perjalanan ke Halong Bay pun dimulai pagi itu. Tur ke salah satu situs alamiah
nan ajaib di dunia, yang sempat masuk dalam daftar calon New 7 Wonders of
Nature, itu melewati jalan lebar tanpa pemandangan indah, bahkan cenderung
membosankan. Kami naik mobil travel L-300 ke arah utara Hanoi.
Di dalam mobil
ada, antara lain, Din Huyen Tram, pegawai Kementerian Kebudayaan, Olahraga, dan
Pariwisata Vietnam; dua staf Kedutaan Besar Republik Indonesia di Hanoi, yakni
Ibu Ana dan Pak Nyoman. Tram saat itu menjadi pemandu. Jalan yang dilalui cukup
lebar dan bebas hambatan, tetapi berdebu. Salah satu kota terparah akibat
tertutup debu adalah Cam Pha. Rumah dan bangunan lain, jalan serta tanaman di
sini tertutup debu. Warga memakai topi dan masker. ”Debu dari industri tambang
batu bara,” kata Tram. Rasa bosan di perjalanan bisa dihalau dengan mendengar
musik dari iPod, ngobrol, membaca buku tentang Vietnam, atau tidur.
Sebelum
melewati Cam Pha, mobil berhenti di sebuah pusat kerajinan memahat batu,
mengukir, melukis, dan menganyam. Pekerjanya adalah para penyandang cacat
fisik. Mobil yang kami tumpangi akhirnya melaju lagi. Tidak lama berselang,
kami sudah memasuki perbatasan Provinsi Quanh Ninh. Pemandangan pantai pun
mulai menghibur perjalanan yang sebelumnya datar. Tiga jam setelah meninggalkan
Hanoi dengan jarak sekitar 100 kilometer, kami tiba di Dermaga Bay Cay. Tampak
ada banyak kapal kayu (junk). Salah satunya siap mengangkut kami menuju ke
pulau cadas, Thien Cung Grotto, untuk melihat gua stalaktit dan stalakmit
terbesar di kawasan itu, Don Tien Chung. Ketika berada di ”lautan lepas”,
tampak banyak sekali junk dengan model, ukuran, dan jenis yang berbeda-beda.
Kapal kayu dengan satu lantai, seperti yang ditumpangi saat itu, untuk day-tour
saja yang hanya melayani makan siang di kapal dan kembali ke Hanoi pada sore
harinya, atau menginap di hotel di kota Halong Bay. Kapal ini berkapasitas 20
orang.
Ada juga kapal dengan dua lantai, hanya untuk private cruise dengan
restoran di lantai duanya. Ada kapal yang menjadi hotel, jenis kabin pun
dibeda-bedakan. Tarifnya sangat mahal. Bisa lebih dari satu juta dong atau Rp
500.000 per malam. Perjalanan dimulai dengan sorak kegirangan menyaksikan
indahnya panorama teluk. Di teluk ini, dengan luas sekitar 1.500 persegi,
berserakan 1.996 pulau karang dan sebagian di antaranya tampak hijau. Hamparan
ini termasuk salah satu world heritage oleh Organisasi Pendidikan, Ilmu
Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO). Tiba-tiba kabut menghalangi
pemandangan antarpulau. Menurut literatur tentang Halong Bay, di pulau-pulau
itu terdapat 435 jenis tanaman, 22 spesies hewan laut, dan 76 spesies burung.
Selain itu terdapat 28 varietas mangrove, 315 spesies ikan, serta 545 spesies
hewan invertebrate dan 234 jenis koral. ”Halong Bay adalah lukisan alam yang
indah,” kata Tram.
Kapal yang kami tumpangi cukup nyaman. Sekitar 30 menit berlayar,
Tram mengatakan, ”Itu Thien Cung Grotto, tujuan kita kali ini”. Thien Cung
artinya istana surga. Pulau itu tampak diselimuti hutan lebat. Setelah turun ke
dermaga, menaiki 51 anak tangga dari batu alam, kami tiba di pintu sempit
menuju gua. Semua orang tampak terpesona, tertegun sejenak, begitu mengetahui
dirinya sudah berada di dalam gua. Melibat tata letak cahaya lampu buatan yang
menyorot ke bagian-bagian paling menonjol dan berkarakter legenda gua itu,
seolah sedang merasakan alam fantasi dunia animasi. Usia pulau karang itu
11.000-700.000 tahun. Menurut legenda yang dituturkan oleh salah seorang
pemandu di gua itu, seorang wanita muda bernama Mei tertangkap mata Pangeran
Naga dan ia jatuh cinta padanya. Mereka bertunangan. Pesta pernikahan berlangsung
selama tujuh hari dan tujuh malam di pusat gua tersebut. Untuk menghormati
pernikahan mereka, naga kecil terbang melalui stalaktit dan stalakmit. Gajah
pun ikut menari bahagia, ular melilitkan dirinya seperti sedang memintal kain
di sekitar pohon. Seekor gajah besar, berpakaian rapi, menunggu mengangkut
pengantin.
Para jin dari berbagai penjuru juga datang menghadiri jamuan makan.
”Semua adegan itu kini telah membatu dalam gua,” kata Nona Thuy, pemandu di gua
itu. Di tengah-tengah gua ada empat pilar besar mendukung ”atap langit.” (roof
of heaven). Dari dasar ke puncak banyak gambar aneh burung, ikan, bunga, dan
bahkan pemandangan kehidupan manusia. Pada dinding utara gua sekelompok peri
tampak menari dan bernyanyi untuk menghormati pernikahan. Sesampainya di bagian
terakhir dari gua, tampak aliran air alami dari lubang cadas. Ada tiga kolam
kecil air yang jernih. Di dalam kolam kecil itu berserakan recehan dollar dan
dong. Menurut legenda, di kolam ini Mei memandikan 100 anaknya, membuat mereka
bijaksana dan bahagia menjadi remaja.
Satu lorong keluar dari gua adalah jalan
untuk Mei bersama dengan 50 anak-anaknya turun ke lahan panen baru. Ke-50 anak
yang tersisa, bersama dengan ayah mereka, ditinggalkan untuk membangun negeri
yang asli. Makan siang di kapal sore itu terasa nikmat. Menunya spesial, tidak
jauh dari ikan. Setelah makan, kapal membawa kami melewati karang-karang yang
luar biasa indahnya. Di bawah langit dengan cuaca mendung dan dingin, bersuhu
sekitar 16 derajat celsius, kami menuju hotel tempat menginap selama semalam
sebelum pulang
Read more at: http://www.ruanghati.com/2011/09/06/mengintip-ha-long-bay-surga-wisata-terindah-di-vietnam/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar