Sriwijaya
Air dengan nomor penerbangan SJ 230 PK CKN dengan rute
Jakarta-Yogyakarta-Balikpapan yang membawa 131 orang penumpang. 118
penumpang dewasa, 7 anak dan 4 bayi dan 4 awak pesawat, mengalami
kecelakaan di ujung runaway 27 Bandara Adisucipto. Selasa (20/12)
sekitar pukul 17.13 WIB, Pesawat Sriwijaya Air jenis Boeing 737-300 ini
hingga petang belum dievakuasi dan masih berada di ujung sebelah timur
landasan bandara tersebut. Tak pelak Pesawat berwarna biru, merah dan
putih menjadi tontonan masyarakat meski mereka harus menyaksikannya dari
kejauhan. Menurut berbagai sumber yang berhasil dihimpun karena
menunggu hasil pemeriksaan tim Komite Nasional Keselamatan Transportasi
(KNKT) untuk penyelidikan lebih lanjut. Manager Operasional PT Angkasa
Pura I Bandara Adisucipto, Agus Tugiarto, Rabu (21/12) menjelaskan
pesawat masih di ujung landasan (runway). Untungnya, belum
dievakuasinya pesawat itu tak sampai mengganggu penerbangan di bandara
karena jaraknya jauh dari landasan pacu utama. Menurut Agus pesawat
mengalami kerusakan di bagian bawah dan perut dan Komandan Lanud
Adisucipto, Marsekal Pertama Abdul Muis bersama tim Kementerian
Perhubungan beserta tim teknis dari Sriwijaya sempat melihat kondisi
pesawat "Tim dari Sriwijaya hanya boleh melihat dan kewenangan untuk
melakukan penyelidikan ada di KNKT. Aktivitas penerbangan pesawat
komersial atau militer tidak terganggu. Hari inI layanan bandara sudah
normal. Hal ini bisa dilihat dari sejumlah pesawat yang naik turun
tanpa ada hambatan dan berjalan lancar,” katanya.
Dugaan
sementara pesawat tergelincir dan membentur pembatas bandara karena
cuaca. Namun beberapa penumpang menyatakan bahwa pesawat sudah
bermasalah sejak mendarat di Bandara Juanda Surabaya. Penumpang yang
duduk di kursi nomer 7C. Rusidi menyatakan rem Sriwijaya Air sudah
mengeluarkan bunyi sejak landing di Surabaya. Menurut Asisten manager
Humas dan Tapor (Data dan Laporan) PT Angkasa Pura I Isye Yuviana
bandara memang sempat ditutup pada pukul 14.30-15.15 WIB akibat cuaca
buruk, kemudian harus ditutup kembali pasca peristiwa tersebut. Manajer
Operasi PT Angkasa Pura I Bandara Internasional Adisutjipto Yogyakarta
Agus Tugi Arto membenarkan, pesawat sebenarnya sempat akan dialihkan ke
Bandara Adi Sumarmo Solo karena kondisi landasan Adisucitpto yang tidak
memungkinkan untuk dilakukan pendaratan. Namun Bandara Adi Sumarmo pun
ternyata juga mengalami penutupan dan akhirnya pendaratan pesawat
dialihkan ke Bandara Juanda Surabaya. Pesawat naas tersebut kini masih
berada di sisi paling ujung landasan dan di luar runway Bandara
Adisutjipto.
Hingga
saat ini pihak Angkasa Pura I Bandar Udara International Adisutjipto
belum bisa memberi keterangan resmi kepada media karena masih mendata
dan mencari penyebab tergelincirnya pesawat itu. Menurut Agus, Komite
Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) baru tiba di Bandara
Internasional Adisutjipto, Yogyakarta, hari ini, Rabu (21/12) ini. “Tim
KNKT akan melakukan investigasi untuk mengungkap penyebab terjadinya
kecelakaan. Sampai saat ini belum dapat diketahui penyebab
tergelincirnya pesawat Sriwijaya Air tersebut,” terang Agus. Ia
mengatakan kejadian tersebut bermula setelah pesawat Sriwijaya Air
berangkat dari Jakarta pukul 13.45 WIB, sekitar 50 menit kemudian
seharusnya sudah mendarat di Adisutjipto Yogyakarta. Namun, kata dia,
karena saat itu bandara ditutup akibat cuaca buruk, dan jarak pandang
hanya 500 meter, maka pendaratan dialihkan ke Surabaya. Pesawat
tersebut di Surabaya mengisi bahan bakar, dan berangkat lagi menuju
Yogyakarta. Agus mengatakan, pesawat Sriwijaya Air tersebut sebenarnya
direkomendasikan mendarat di Bandara Adisutjipto Yogyakarta pada pukul
17.05 WIB. Namun, karena saat itu ada pesawat Garuda yang mendarat,
maka baru pukul 17.13 WIB Sriwijaya Air bisa mendarat. "Namun, saat
melakukan pendaratan, pesawat Sriwijaya tidak terkendali karena tidak
bisa direm, sehingga terus melaju hingga sisi timur landasan, dan
kemudian tergelincir di sisi kiri landasan, serta terperosok di area
rumput, baru pesawat bisa berhenti, pesawat mengalami kerusakan di
bagian roda depan dan roda samping kanan," katanya. Akibat ditutupnya
bandara Adisucipto, lebih dari 1.000 calon penumpang tidak terangkut dan
harus kembali pada Rabu pagi. Usai melakukan penyelamatan, satu unit
mobil pemadam kebakaran justru terperosok di ujung landasan. Kejadian
itu, memaksa pihak Bandara untuk mendatangkan crane untuk menarik truk
tersebut. "Truk foam tender itu, menginjak bagian lumpur sehingga
terjebak, saat melaksanakan upaya rescue terhadap pesawat Sriwijaya Air
yang tergelincir," terang Agus. Mobil foam tender tersebut, bertugas
menyemprotkan cairan busa ke badan pesawat Sriwijaya yang tergelincir di
ujung timur landasan pacu bandara.
Tidak
ada korban jiwa akibat peristiwa tersebut, namun penumpang rata-rata
mengalami luka lecet akibat berdesakan keluar dari badan pesawat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar