Minggu, 11 November 2012

Tulisan 3

Sebuah kisah seorang wanita yang dari kecil merasakan kesusahan.
Wanita itu bernama Tari. Dia dilahirkan di jakarta.
Pada awalnya, keluarga Tari baik-baik saja. Tari adalah anak yang sangat baik. Sampai pada akhirnya, orang tua Tari bercerai. Setelah itu Tari tinggal bersama ayahnya. Kemudian ayah Tari menikah dengan seorang wanita. Tari pikir dia akan bahagia memiliki ibu baru. Namun ternyata ibu tiri Tari sangat jahat. Setiap kali ayah Tari pergi bekerja, Tari selalu di siksa. Tari di perlakukan seperti pembantu di rumahnya sendiri.
Pada akhirnya ayahnya mengetahui hal itu, namun ayahnya tidak bereaksi apapun. Hanya terkadang sedikit membela Tari. Mungkin lama kelamaan Tari sudah tidak kuat ikut dengan ibu tirinya. Lalu ayah Tari membantu Tari untuk pergi dari rumah.
Tari pergi menemui ibu kandungnya. Tapi kehidupan Tari tidak kunjung membaik.
Ibu kandung Tari telah menikah dengan seorang pengusaha dan telah dikaruniai seorang anak perempuan. Tari memang di terima oleh ibu kandungnya, namun ibu kandungnyapun tidak memperlakukan dia dengan baik. Selama tinggal dengan Ibu kandungnya, Tari selalu ikhlas membantu pekerjaan ibunya walaupun ia tau adik tirinya saja tidak melakukan apa-apa dirumah. Tari hanya sekolah sampai kelas 6 SD, karna ibu kandungnya mengaku tidak punya uang. Padahal Ibu kandungnya adalah orang mampu.
Hal yang paling mengejutkan Tari adalah saat ia tau ternyata selama ini ibu kandung Tari mengatakan kepada suami, anak, dan para tetangganya bahwa Tari adalah seorang pembantu. Sejujurnya hati Tari sangat sakit mendengar hal itu. Namun apa boleh buat, Tari merasa hanya numpang dengan keluarga barunya. Hati Tari sakit saat yang lain makan di meja makan, Tari makan dengan pembantu di dapur. Pada saat lebaranpun, baju Tari di samakan oleh pembantunya. Sungguh sakit hati Tari saat itu.namun Tari tetap bersabar. Sampai Akhirnya Tari di jodohkan oleh Ibu kandungnya.
Kehidupan Tari mulai membaik setelah Tari menikah dan memiliki anak perempuan. Biarpun hidup sederhana, tapi Tari bahagia. Namun selang beberapa tahun, suami Tari meninggal karena kecelakaan. Tari sangat terpukul. Akhirnya Tari pun kembali tinggal dengan ibu kandungnya. Ibu kandungnya menerima Tari dan anaknya dengan syarat Tari harus bekerja. Jika sehari saja Tari tidak bekerja, anaknya tidak akan di beri makan oleh ibu kandung Tari.Tari bekerja keras untuk anaknya. Sampai akhirnya Tari menemukan pria yang baik dan akhirnya Tari pun kembali menikah. Tari sangat bahagia dengan keluarga barunya. Tari pun kembali di karuniai anak perempuan. Namun sayang, saat anak keduanya kelas 4 SD, suaminya kembali meninggal karna mengalami serangan jantung. Tari sangat terpukul saat itu.
Kepergian suaminya tidak membuat Tari kembali ke rumah ibu kandungnya lagi. Tari tinggal dirumahnya sendiri bersama anak-anaknya. Beruntung Tari memiliki para tetangga yang baik. Tari bekerja keras membanting tulang untuk menghidupi anak-anaknya biarpun tanpa suami.
Ibu kandung Tari pun akhirnya meninggal. Tari tidak sedikitpun menerima warisan dari ibunya. hanya anak keduanya saja yang menerima warisan itu. Namun Tari tidak berkecil hati saat itu. Karna memang Tari tidak mengharapkan uang warisan dari ibunya.
Anak-anak Tari pun mulai beranjak dewasa dan tumbuh menjadi anak-anak yang berbakti. Biarpun hidup dalam kesederhanaan, Tari bahagia memiliki anak-anak berbakti seperti mereka.
Awalnya, anak pertama Tari bekerja seagai karyawan di sebuah perkantoran. Lama kelamaan karir anak pertama Tari mulai membaik. Dia pun tak lupa pada keluarganya. Sedikit demi sedikit kehidupan Tari mulai membaik. Pada akhirnya, kehidupan Tari dan anak-anaknya sangat lebih dari sekedar cukup.Tari pun akhirnya bahagia dengan kehidupannya sekarang.

Kejadian ini menunjukkan bahwa roda hidup itu berputar. Jika awalnya kita merasa terpuruk, pada akhirnya akan ada waktu yang indah. Seperti Tari yang awalnya terpuruk dengan kehidupannya, sekarang telah bangkit dan hidup bahagia bersama anak-anaknya.

Sabtu, 10 November 2012

Tugas 2

Definisi keindahan dan kesimpulannya.

Keindahan berasal dari kata Indah, yang artinya bagus, permai, cantik, elok. Benda yang mempunyai nilai dan sifat keindahan adalah seni, pemandangan alam, manusia, suara, warna dan benda-benda lain yang memiliki keindahan. Ruang lingkup keindahan bagi manusia sangat luas sesuai dengan keanekaragaman manusia dan disesuaikan dengan perkembangan peradaban teknologi, sosial, budaya saat ini. Keindahan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan ini. dimanapun dan kapanpun dapat menikmati keindahan. Keindahan adalah identik dengan kebenaran. Keindahan juga bersifat universal artinya tidak terikat oleh selera perseorangan, waktu dan tempat, selera mode, kedaerahan atau local.
Menurut ilmu filsafat seni manusia adalah makhluk pemuja keindahan. Lewat panca indera manusia dapat menikmati keindahan dan setiap saat tak dapat berpisah dengannya, serta berupaya untuk dapat menikmatinya dalam waktu yang lama. Kalau tidak dapat memperolehnya manusia mencari kian kemari agar dapat menemukan dan memuaskan rasa dahaga akan keindahan.
Manusia setiap waktu memperindah diri, pakaian, rumah, kendaraan dan sebagainya agar segalanya tampak mempesona dan menyenangkan bagi yang melihatnya. Semua ini menunjukkan betapa manusia sangat gandrung dan mencintai keindahan. Seolah-olah keindahan termasuk konsumsi vital bagi indera manusia. Tampaknya kerelaan orang mengeluarkan dana yang relatif banyak untuk keindahan dan menguras tenaga serta harta untuk menikmatinya, seperti bertamasya ke tempat yang jauh bahkan berbahaya, hal ini semakin mengesankan betapa besar fungsi dan arti keindahan bagi seseorang. Agaknya semakin tinggi pengetahuan, kian besar perhatian dan minat untuk menghargai keindahan dan juga semakin selektif untuk menilai dan apa yang harus dikeluarkan untuk menghargainya, dan ini merupakan kebanggaan tersendiri bagi orang yang dapat menghayati keindahan.
Menurut luasnya pengertian keindahan dibedakan menjadi 3, yaitu :
1. Keindahan dalam arti luas
Keindahan dalam arti luas menurut para ahli, yaitu :
a. Menurut The Liang Gie, keindahan adalah ide kebaikan
b. Menurut Pluto, watak yang indah dan hukum yang indah
c. Menurut Aristoteles, keindahan sebagai sesuatu yang baik dan juga menyenangkan.
Jadi, pengertian keindahan seluas-luasnya meliputi Keindahan seni. Keindahan alam, Keindahan moral, dan Keindahan intelektual.
2. Keindahan dalam arti estetis murni
Yaitu menyangkut pengalaman estetis seseorang dalam hubungan dengan segala sesuatu yang diserapnya.
3. Keindahan dalam arti terbatas
Yaitu hanya menyangkut benda-benda yang dapat diserap dengan penglihatan yakni berupa keindahan bentuk dan warna
B. NILAI ESTETIK
The Liang gie menjelaskan bahwa pengertian keindahan dianggap sebagai salah satu jenis nilai seperti halnya moral, nilai ekonomik, nilai pendidikan, dan sebagainya. Nilai yang berhubungan dengan segala sesuatu yang tercakup dalam pengetian keindahan disebut nilai estetik.
Ada dua nilai terpenting dalam keindahan
1. Nilai ekstrinsik yakni nilai yang sifatnya sebagai alat atau membantu untuk sesuatu hal.
2. Nilai intrinsik adalah sifat baik yang terkandung di dalam atau apa yang merupakan tujuan dari sifat baik tersebut.
Contoh:
(1) Tari, tarian Damarwulan-minakjinggo suatu tarian yang halus dan kasar dengan segala macam jenis pakaian dan gerak-geriknya.
Penjelasannya:
Tarian yang disebut halus dan kasar.merupakan nilai ekstrinsik, sedangkan pesan yang akan disampaikan dalam suatu tarian merupakan nilai instrinsik
RENUNGAN
Renungan berasal dari kata renung; artinya diam-diam memikirkan sesuatu, atau memikirkan sesuatu dengan dalam-dalam. Renungan adalah hasil merenung. Dalam merenung untuk menciptakan seni ada beberapa teori. Teori-teori itu ialah :
• TEORI PENGUNGKAPAN
Dalil dari teori ini ialah bahwa “Art is an expression of human feeling” ( seni adalah suatu pengungkapan dari perasaan manusia ). Teori ini terutama bertalian dengan apa yang dialami oleh seorang seniman ketika menciptakan suatu karya seni. Tokoh teori ekspresi yang paling terkenal ialah filsuf Italia Benedeto Croce (1886-1952) dengan karyanya yang telah diterjemahkan kedalam bahasa Inggris “aesthetic as Science of Expresion and General Linguistic”. Beliau antara lain menyatakan bahwa “art is expression of impressions” (Seni adalah pengungkapan dari kesan-kesan) Expression adalah sama dengan intuition. Dan intuisi adalah pengetahuan intuitif yang diperoleh melalui penghayatan tentang hal-hal individual yang menghasilkan gambaran angan-angan (images). Dengan demikian pengungkapan itu berwujud sebagai gambaran angan-angan seperti misalnya images wama, garis dan kata. Bagi seseorang pengungkapan berarti menciptakan seni dalam dirinya tanpa perlu adanya kegiatan jasmaniah keluar. Pengalaman estetis seseorang tidak lain adalah ekspresi dalam gambaran angan-angan.
• TEORI METAFISIK
Teori semi yang bercorak metafisis merupakan salah satu teori yang tertua, yakni berasal dari Plato yang karya-karya tulisannya untuk sebagian membahas estetik filsafati, konsepsi keindahan dan teori seni. Mengenai sumber seni Plato mengemukakan suatu teori peniruan (imitation theory). Ini sesuai dengan rnetafisika Plato yang mendalilkan adanya dunia ide pada taraf yang tertinggi sebagai realita Ilahi. Pada taraf yang lebih rendah terdapat realita duniawi ini yang merupakan cerminan semu dan mirip realita ilahi itu. Dan karya seni yang dibuat manusia hanyalah merupakan mimemis (timan) dari realita duniawi Sebagai contoh Plato mengemukakan ide Ke-ranjangan yang abadi dan indah sempurna ciptaan Tuhan. Kemudian dalam dunia ini tukang kayu membuat ranjang dari kayu yang merupakan ide tertinggi ke-ranjangan-an itu. Dan akhirnya seniman meniru ranjang kayu itu dengan menggambarkannya dalam sebuah lukisan. Jadi karya seni adalah tiruan dari suatu tiruan lain sehingga bersifat jauh dari kebenaran atau dapat menyesatkan. Karena itu seniman tidak mendapat tempat sebagai warga dari negara Republik yang ideal menurut Plato.
• TEORI PSIKOLOGIS
Teori-teori metafisis dari para filsuf yang bergerak diatas taraf manusiawi dengan konsepsi-konsepsi tentang ide tertinggi atau kehendak semesta umumnya tidak memuaskan, karena terlampau abstrak dan spekulatif. Sebagian ahli estetik dalam abad modem menelaah teori-teori seni dari sudut hubungan karya seni dan alam pikiran penciptanya dengan mempergunakan metode-metode psikologis. Misalnya berdasarkan psikoanalisa dikemukakan teori bahwa proses penciptaan seni adalah pemenuhan keinginan-keinginan bawah sadar dari seseorang seniman. Sedang karya seninya itu merupakan bentuk terselubung atau diperhalus yang diwujudkan keluar dari keinginan-keinginan itu. Suatu teori lain tentang sumber seni ialah teori permainan yang dikembangkan oleh Freedrick Schiller (1757-1805) dan Herbert Spencer (1820-1903).
• TEORI KESERASIAN
Keserasian berasal dari kata serasi dan dari kata dasar rasi, artinya cocok, kena benar, dan sesuai benar. Kata cocok, kena dan sesuai itu mengandung unsur perpaduan, pertentangan, ukuran dan seimbang. Dalam pengertian perpaduan misalnya, orang berpakaian hams dipadukan warnanya bagian atas dengan bagian bawah, atau disesuaikan dengan kulitnya.
• TEORI OBYEKTIF DAN TEORI SUBYEKTIF
The Liang Gie dalam bukunya garis besar estetika menjelaskan, bahwa dalam mencipta seni ada dua teori yakni teori obyektif dan teori subyektif. Salah satu persoalan pokok dari teori keindahan adalah mengenai sifat dasar dari keindahan. Apakah keindahan menampakan sesuatu yang ada pada benda indah atau hanya terdapat dalam alarn pikiran orang yang mengamati benda tersebut. Dari persoalan-persoalan tersebut lahirlah dua kelompok teori yang terkenal sebagai teori obyektif dan teori subyektif.
Pendukung teori obyektif adalah Plato, Hegel dan Bernard Bocanquat, sedang pendukung teori subyektif ialah Henry Home, Earlof Shaffesbury, dan Edmund Burke. Teori obyektif berpendapat, bahwa keindahan atau ciri-ciri yang mencipta nilai estetik adalah sifat (kualitas) yang memang telah melekat pada bentuk indah yang bersangkutan, terlepas dari orang yang mengamatinya. Pengamatan orang hanyalah mengungkapkan sifat-sifat indah yang sudah ada pada sesuatu benda dan sama sekali tidak berpengaruh untuk menghubungkan. Yang menjadi masalah ialah ciri-ciri khusus manakah yang membuat sesuatu benda menjadi indah atau dianggap bernilai estetik, salah satu jawaban yang telah diberikan selama berabad-abad ialah perimbangan antara bagian-bagian dalam benda indah itu. Pendapat lain menyatakan, bahwa nilai estetik itu tercipta dengan terpenuhinya asas-asas tertentu mengenai bentuk pada sesuatu benda.
Teori subyektif, menyatakan bahwa ciri-ciri yang menciptakan keindahan suatu benda itu tidak ada, yang ada hanya perasaan dalam din seseorang yang mengamati sesuatu benda. Adanya keindahan semata-mata tergantung pada pencerapan dari si pengamat itu. Kalaupun dinyatakan bahwa sesuatu benda mempunyai nilai estetik, maka hal itu diartikan bahwa seseorang pengamat memperoleh sesuatu pengalaman estetik sebagai tanggapan terhadap benda indah itu. Yang tergolong teori subyektif ialah yang memandang keindahan dalam suatu hubungan di antara suatu benda dengan alam pikiran seseorang yang mengamatinya seperti misalnya yang berupa menyukai atau menikmati benda itu.
• TEORI PERIMBANGAN
Teori obyektif memandang keindahan sebagai suatu kualitas dari benda-benda. Kualitas bagaimana yang menyebabkan sesuatu benda disebut indah telah dijawab oleh bangsa Yunani Kuno dengan teori perimbangan yang bertahan sejak abab 5 sebelum Masehi sampai abab 17 di Eropa. Sebagai contoh bangunan arsitektur Yunani Kuno yang berupa banyak tiang besar.
Keindahan tidak luput dari ciptaan Tuhan yang sangat luar biasa. seperti keindahan alam yang dapat dilihat di puncak gunung, pemandangan alam seperti itu tidak dapat diciptakan oleh siapapun karena itu adalah ciptaan Tuhan. Manusia tidak dapat dipisahkan dengan sesuatu hal yang memiliki keindahan karena dengan keindahan kehidupan ini akan menjadi lebih berwarna dan indah.

Sumber:
http://hanyhanhan.blogspot.com/2012/04/manusia-dan-keindahan.html
http://zarapintar.wordpress.com/2012/04/23/manusia-dan-keindahan/
Buku Ilmu Budaya Dasar oleh Widyo Nugroho dan Achmad Muchji yang diterbitkan oleh Gunadarma.

Pandangan Plato tentang Keindahan

Pemahaman Plato tentang keindahan yang dipengaruhi pemahamannya tentang dunia indrawi, yang terdapat dalam Philebus. Plato berpendapat bahwa keindahan yang sesungguhnya terletak pada dunia ide. Ia berpendapat bahwa kesederhanaan adalah ciri khas dari keindahan, baik dalam alam semesta maupun dalam karya seni. Namun, tetap saja, keindahan yang ada di dalam alam semesta ini hanyalah keindahan semu dan merupakan keindahan pada tingkatan yang lebih rendah

Sumber :  http://id.wikipedia.org/wiki/Plato

Kesimpulan :
Keindahan merupakan sifat dan ciri dari orang, hewan, tempat, objek, atau gagasan yang memberikan pengalaman persepsi kesenangan, bermakna, atau kepuasan.
Keadaan yang enak dipandang, cantik, dan elok.